← Back to Blog

Kenapa JavaScript Seolah Melahirkan “Anak Baru” Tiap Hari?

Kenapa JavaScript Seolah Melahirkan “Anak Baru” Tiap Hari?

Javascript

Kalau kamu merasa tiap kali buka Twitter/X, Reddit, atau newsletter dev selalu ada framework JavaScript baru, kamu nggak sendirian. Rasanya baru kemarin belajar framework “yang paling mutakhir”, eh hari ini sudah ada yang lebih ringan, lebih cepat, lebih DX-friendly—dengan logo hewan lucu lain. Fenomena “banjir framework” ini bukan ilusi; ia adalah hasil dari kombinasi faktor teknis, kebutuhan developer, dan dinamika pasar yang saling menguatkan. Mari kita bedah dengan santai, tapi dalam.

Kenapa framework baru terus bermunculan?

1) Evolusi teknologi web makin kencang. Web bukan lagi sekadar DOM + jQuery. Di belakang layar, hampir semua kode modern melewati proses build; State of JS 2024 mencatat rata-rata 85% kode browser “terkompilasi”—di-bundle, di-transpile, dioptimasikan—sebelum sampai ke pengguna. Artinya, ada ruang inovasi besar di tooling dan arsitektur di atas JavaScript murni. Di sisi bahasa pun, mayoritas developer kini menulis lebih banyak TypeScript daripada JavaScript biasa. Kombinasi “kompilasi di mana-mana” dan “TS-first mindset” mendorong lahirnya eksperimen berlapis di level framework. (2024.stateofjs.com)

2) Kebutuhan developer: DX, performa, dan pola mental yang lebih “masuk akal”. Framework bukan sekadar API; ia adalah opini tentang cara berpikir membangun UI, fetching data, dan mengelola state. Ketika satu pendekatan terasa kompleks atau tidak “klik” dengan mental model baru (mis. signals vs. Virtual DOM), lahirlah proyek baru yang mencoba menyederhanakan atau menajamkan fokus.

3) Dinamika pasar mendorong “framework sebagai produk”. Ekosistem kini dikatalis pemain platform: Vercel mendorong Next.js ke perusahaan; Netlify aktif mengumumkan dukungan day-one untuk rilis framework signifikan; Shopify mengakuisisi Remix untuk memperkaya ekosistem storefront. Ini menciptakan siklus: platform butuh story teknis yang memukau, framework butuh rumah untuk deploy dan promosi, dan developer mendapat “jalur cepat” dari ide ke produksi. Next.js 15, misalnya, dirilis stabil pada 21 Oktober 2024 dan diposisikan dengan siklus dukungan jelas; Netlify mengumumkan dukungan penuh Svelte 5 di hari rilis. Shopify pun menegaskan komitmen jangka panjang ke Remix sejak akuisisi 2022. (Next.js, Netlify, Shopify, TechCrunch)

Inovasi arsitektur: kenapa feel-nya berubah terus?

Kita tidak hanya melihat “framework A lebih cepat dari B”. Yang lebih menarik: paradigma rendering terus bereksperimen.

  • Islands Architecture (Astro). Alih-alih “semua halaman adalah SPA besar”, sebagian besar halaman dirender statis, lalu “pulau” kecil JavaScript ditambahkan hanya di area interaktif. Ini menekan beban JS, cocok untuk konten. Astro memopulerkan pola ini dan menjadikannya konsep utama dokumentasinya. Bahkan dalam pola penggunaan 2024, “islands architecture” sudah muncul di daftar pola yang dipakai developer (walau masih minoritas)—tandanya konsepnya menular. (Astro Documentation, 2024.stateofjs.com)

  • Resumability (Qwik). Daripada hydrate ulang aplikasi di klien, Qwik men-serialisasi state eksekusi di server dan “melanjutkannya” di klien. Secara teori, ini memangkas biaya boot awal, karena klien tidak perlu memutar ulang logika aplikasi. (Qwik)

  • Server-first & meta-framework race. Next.js tetap “raksasa” di kategori meta-framework, namun retensinya jadi bahan diskusi—bahkan survei 2024 menyebut “jika bukan karena Gatsby, Next.js akan berada di posisi terbawah retensi”. Di sisi lain, Astro dan SvelteKit menonjol di kebahagiaan/retensi pengguna, menandakan kepuasan yang tinggi pada pola kerja mereka. (2024.stateofjs.com)

Intinya: inovasi cepat ini bukan sekadar gimik. Ada pergeseran serius: dari “semua di klien” ke “pintar memilih apa yang perlu hidup di klien”.

Contoh framework yang lagi naik daun (dan yang mulai meredup)

Naik daun / momentum kuat:

  • Svelte 5. Dirilis stabil pada Oktober 2024, Svelte 5 bukan upgrade biasa. Ini rewrite besar dengan konsep runes yang merapikan mental model reactivity. Tim resmi menyebut ini “rilis terbesar” Svelte sejauh ini; platform seperti Netlify langsung mengumumkan dukungan penuh pada hari rilis. Dampaknya terasa: banyak tim mengevaluasi Svelte bukan hanya sebagai “framework lucu”, tapi opsi serius dengan ergonomi reaktif yang konsisten. (svelte.dev, Netlify)

  • Astro. Selain arsitektur islands, Astro sering menggoda tim konten/marketing—halaman super cepat, integrasi ke berbagai UI library (React/Vue/Svelte), dan pengalaman dev yang sederhana. Di ranah meta-framework, Astro juga tampak terus menanjak adopsinya menurut survei 2024. (Astro Documentation, 2024.stateofjs.com)

  • Solid, Qwik, Alpine, Lit (segmen “pendatang baru” yang nempel di produksi kecil/menengah). State of JS 2024 mencatat para penantang ini lebih banyak dipakai perusahaan kecil (sementara Lit & Stencil condong ke perusahaan besar). Ini pola lazim: adopsi inovasi sering muncul dari tim kecil yang bisa bergerak lincah. (2024.stateofjs.com)

  • Next.js (tetap besar, tapi dengan nuansa baru). Dari sisi raw usage, Next.js masih di puncak meta-framework. Namun narasi 2024 menunjukkan dinamika retensi yang menantang—sebuah sinyal sehat bahwa kompetisi meningkat dan developer semakin selektif. (2024.stateofjs.com)

Mulai meredup / ditinggalkan (atau setidaknya, tidak lagi jadi pilihan default):

  • Gatsby. Pernah jadi primadona SSG, kini sering disebut berretensi rendah dalam survei 2024. Bukan berarti mati; banyak situs lama tetap hidup. Tapi sebagai default pick untuk proyek baru, posisinya jauh lebih sempit. (2024.stateofjs.com)

  • Ember. Komunitasnya setia dan teknologinya berevolusi (Glimmer, tooling modern). Namun beberapa laporan/riset komunitas 2024 menandai tingkat ketertarikan yang lebih rendah dibanding opsi lain—gampangnya: jarang jadi rekomendasi pertama tim baru. Tetap ada tempatnya (stabilitas, konvensi kuat), hanya saja bukan pusat panggung. (The Software House)

Catatan penting: “ditinggalkan” bukan “usang”. Banyak organisasi besar bergantung pada stack yang matang—migrasi itu mahal. Yang berubah adalah narasi arus utama dan preferensi tim saat memulai proyek baru.

Budaya inovasi cepat: berkah atau beban?

Kelebihan—dan kenapa ini bagus buat kita semua:

  1. Seleksi alam yang mempercepat kemajuan. Ketika ide bagus muncul (misalnya islands/resumability), ide itu cepat didaur ulang dan diadaptasi banyak proyek. Hasilnya: waktu time-to-best-practice makin singkat.

  2. DX makin manusiawi. “DX” bukan jargon kosong. Kode yang enak ditulis dan dipahami—lebih sedikit footguns, lebih dekat ke mental model dev—berarti fitur bisa rilis lebih cepat. Tak heran survei 2024 juga menyinggung “kebahagiaan” yang cukup tinggi pada kategori framework & meta-framework. (2024.stateofjs.com)

  3. Pilihan arsitektur semakin kaya. SPA, SSR, SSG, MPA, streaming, islands, hingga partial prerendering—developer kini bisa memilih pola yang sesuai kebutuhan produk, bukan menjejalkan kebutuhan ke pola tunggal. Data penggunaan 2024 menunjukkan SPA & SSR masih dominan, tapi pola lain (seperti islands) mulai ikut dipakai. (2024.stateofjs.com)

Kekurangan—dan kenapa kepala bisa pening:

  1. Choice overload & yak shaving. Survei 2024 mencatat “excessive complexity”, “choice overload”, “breaking changes”, hingga “speed of change” sebagai keluhan umum. Banyaknya opsi membuat decision fatigue, dan upgrade besar bisa mengguncang fondasi codebase. (2024.stateofjs.com)

  2. Biaya adopsi & retensi talenta. Semakin unik pola framework, semakin mahal biaya onboarding dan hiring. Perusahaan besar cenderung lebih lambat beralih; tim kecil bisa bergerak cepat tapi menanggung risiko eksperimen.

  3. Fragmentasi tooling. Lintas ekosistem, naming yang mirip bisa berperilaku beda; adapter dan plugin menumpuk. Kadang yang “lebih cepat” di benchmark tidak otomatis lebih mudah dioperasikan di produksi.

Apakah tren ini sehat jangka panjang?

Opini pribadi saya: ya—dengan catatan. Tanpa kompetisi ketat, kita mungkin masih “terjebak” di pola SPA berat 2017-2019. Inovasi yang agresif memaksa kita memikirkan ulang asumsi: mana yang benar-benar perlu dijalankan di klien? Bagaimana menjaga first interaction ringan? Bagaimana memodelkan state tanpa membuat mental model yang rapuh? Lahirnya Svelte 5 (penyederhanaan reactivity), melesatnya ide islands (Astro), dan eksperimen ekstrem seperti resumability (Qwik) memperkaya set alat kita. (svelte.dev, Astro Documentation, Qwik)

Namun, “banjir framework” juga memproduksi kebisingan. Tidak semua proyek perlu framework terbaru. Bahkan di survei 2024, keluhan tentang kompleksitas dan kecepatan perubahan menjadi sinyal kuat: stabilitas adalah fitur. Memburu kilauan baru tanpa pertimbangan matang sering berakhir pada hutang teknis. (2024.stateofjs.com)

Cara menyikapi—biar kita yang mengendalikan tren, bukan sebaliknya

  • Tentukan “kerangka keputusan” yang repeatable. Misalnya: (a) profil aplikasi (konten vs aplikasi interaktif berat), (b) target perf (TTFB, INP, ukuran JS), (c) skill set tim, (d) risiko vendor lock-in, (e) ekosistem & dokumentasi, (f) umur proyek. Framework yang menang harus jelas skor plus-minusnya—bukan hanya “hype minggu ini”.

  • Mulai dari arsitektur, bukan framework. Pilih dulu pola: SPA, SSR, SSG, islands, atau kombinasi. Baru sesuaikan alat. Kalau websitemu konten-first, default-nya mungkin MPA/SSG dengan islands tipis; kalau aplikasi dashboard data-heavy, SPA/SSR dengan manajemen state matang bisa lebih masuk akal. Data 2024 menunjukkan SPA & SSR tetap jadi tulang punggung; itu baseline yang aman. (2024.stateofjs.com)

  • Anggarkan “innovation budget”. Sisihkan porsi dev time untuk eksplorasi framework baru—tapi dengan pagar yang jelas: POC berjangka, metrik yang diukur, dan kriteria go/no-go. Kalau tak lolos, sunset cepat. Ini menjaga rasa penasaran tanpa membakar roadmap.

  • Favor komponen yang portable. Minimalkan ikatan ke API framework spesifik (terutama di domain bisnis). Pisahkan lapisan view dari logika inti. Semakin portable modulmu, semakin mudah migrasi.

  • Jangan malu “memilih yang membosankan”. Kalau tim kamu paling produktif dengan framework X yang sudah mapan dan mendukung misi produk, itu kemenangan. Ingat: pengguna tidak peduli framework apa yang kamu pakai—mereka peduli aplikasinya cepat, stabil, dan berguna.

Bertahun-tahun lalu, banyak dari kita menganggap SPA besar di klien itu takdir. Kini, kita punya spektrum: dari islands yang gemuk di server dan kurus di klien, ke resumability yang cerdik, hingga server-first ala meta-framework modern. Survei dan rilis-rilis besar dalam dua tahun terakhir memperlihatkan ekosistem yang makin dewasa: Next.js tetap dominan tapi ditantang, Astro dan SvelteKit membuat penggunanya betah, Svelte 5 memoles ulang reactivity, sementara pendatang seperti Solid/Qwik menunjukkan “masa depan alternatif” yang kredibel. (2024.stateofjs.com, svelte.dev)

Apakah ini membingungkan? Iya, kadang. Tapi kebingungan adalah harga yang wajar untuk kemajuan. Tugas kita adalah menyaring noise, memahami trade-off, lalu memilih alat yang selaras dengan masalah, tim, dan umur produk. Kalau itu dilakukan, lautan framework bukan ancaman—melainkan pasar ide yang bikin web semakin cepat, ramah developer, dan menyenangkan dipakai.